refusersolidarity – Di sesuatu bilik bercat putih yang dipanggil“ Israel—Land of Creation”, terpampang banyak layar monitor ini berisi lukisan video keelokan alam serta beberapa situs historis. Kementerian Pariwisata Israel baru saja ikut serta dalam Arabian Travel Market, pameran wisata yang diselenggarakan oleh otoritas Uni Emirat Arab( UEA) pada 16- 19 Mei. Perhelatan yang diikuti 1. 300 peserta dari 62 negara ini diharapkan bisa membuka pemulihan bidang pariwisata dunia setelah porak- poranda dampak pandemi Covid- 19. Seiring kampanye pariwisata Israel berjalan di ruangan sejuk ber- AC dalam arsitektur mewah Dubai World Trade Center, pesawat tempur Israel memborbardir Rute Gaza dengan 55 serangan udara. Akibatnya fatal: 3 bangunan gedung runtuh serta 42 orang Palestina meninggal dunia. Lebih dari seminggu lamanya, konflik antara tim agresif Palestina Hamas serta pasukan Israel menghasilkan sederet aksi kekerasan.
Setelah Perjanjian Abraham, Sikap Negara-negara Arab Terhadap Israel Menjadi Moderat – Korban jiwa berjatuhan, baik di perkotaan Israel serta area Hamas di Gaza. 10 nyawa masyarakat Israel melayang, sedangkan korban jiwa orang Palestina mencapai lebih dari 200 orang—61 di antara lain anak- anak. Terlepas dari kejadian yang terjadi, perihal ini kelihatannya harus disampingkan dari agenda bisnis pemerintah Israel di Dubai.“ Kita tidak membahas perihal itu[ingar- bingar Hamas serta pasukan Israel]. Kita bicara mengenai masa depan. Kita bicara mengenai apa yang dapat dilakukan buat membawa pariwisata masuk ke Israel,” kata Ksenia Kobiakov sebagai pejabat dari Kementerian Pariwisata Israel diambil dari Associated Press( 17/ 05).“ Kita datang ke sini buat menunjukkan Israel sebagai destinasi wisata baru untuk UEA serta negara- negara Teluk selaku destinasi berwarna serta seru yang terbuka,” imbuhnya.
Setelah Perjanjian Abraham, Sikap Negara-negara Arab Terhadap Israel Menjadi Moderat
Di bagian lain, pihak Israel menginginkan masyarakat negara UEA, tercantum para ekspatriat, ingin melaksanakan kunjungan balik ke Israel. Wisatawan orang islam jadi sasaran utamanya sebab dikira sebagai pasar potensial untuk industri kuliner vegetarian Israel, paling utama di Tel Aviv, yang dibadang- badang oleh pemerintah sebagai ibukota dunia buat kaum vegan.
Abraham Accord
Kerjasama pariwisata antara UEA- Israel tak mungkin terkabul apabila keduanya belum menjalakan normalisasi ikatan, yang bisa sukses bantuan dorongan penguasa Amerika Sindikat pada September tahun setelah itu. Pemerintahan Presiden Donald J. Trump menyediakan akad normalisasi antara UEA dan Israel dalam Abraham Accords( PDF). Didapat dari isinya, akad ini berarti untuk menciptakan area Timur Tengah yang“ wajar, rukun dan mampu”, di antara lain melalui kerjasama pemodalan, penataran, ilmu dan teknologi, sampai pariwisata. Piagam ini pula menulis jika UEA dan Israel hendak bersama- serupa“ menghasilkan pemecahan yang dinegosiasikan terpaut bentrokan Israel- Palestina cocok kemauan sah dan impian kedua bangsa”.
Jared Kushner, menantu Trump yang pula bintang film penting pemograman Abraham Accords, mempunyai pemikiran seragam.“ Kita melihat sisa terakhir dari apa yang sepanjang ini diketahui selaku bentrokan Arab- Israel,” catat Kushner di Wall Street Journal pada Maret dahulu. Dengan kedatangan turis Israel di Dubai, Kushner membuktikan kalau kalangan Ibrani dapat hidup rukun berdampingan dengan kalangan Orang islam. Menurutnya merupakan dongeng belaka bila perdamaian antara sebagian negeri Arab serta Israel cuma bisa tercipta bila bentrokan Israel- Palestina berakhir.“ Abraham Accords membuktikan kalau bentrokan itu tidak lebih dari bentrokan tanah antara bangsa Israel serta Palesina, yang tidak butuh hingga membatasi kedekatan Israel dengan bumi Arab yang lebih besar,” tulisnya.
Dalam pandangan sederhana Trump serta Kushner, Abraham Accords membuka peluang buat memperbaiki tatanan politik di kawasan Timur Tengah. Singkatnya, negara- negara Arab diharapkan mengedepankan kerjasama penting di bidang keamanan serta perdagangan dengan Israel, ternyata menahan itu seluruh sebab masalah Palestina. Abraham Accords pula dipandang dapat mengundang lebih banyak negara sekitar buat menormalisasi hubungan dengan Israel.Terlepas dari itu, bukanlah tepat bila Abraham Accords disederhanakan sebagai gerbang mengarah perdamaian. Pasalnya, UEA serta Bahrain tidaklah negara monarki yang memiliki riwayat bermusuhan dengan Israel. Saat sebelum normalisasi terjadi pada mereka telah memiliki jaringan kerjasama dengan Israel, walaupun belum dijembatani oleh kanal hubungan antar negara resmi.
Di sisi itu, normalisasi hubungan dengan Israel yang dilakukan UEA serta Bahrain setelah itu disusul oleh Sudan serta Maroko tidak sekadar dilandasi oleh semangat menjalakan kerjasama strategis. Amerika ikut memberikan“ hadiah” untuk negara- negara Arab yang bersukacita menandatangani Abraham Accords. Dikutip dari tulisan Karen DeYoung serta Steve Hendrix di Washington Post, Amerika menghilangkan Sudan dari daftar negara sponsor kelakuan terorisme, sedangkan Kongres AS memberikan sinyal hijau buat menjual sekiranya 50 armada pesawat tempur F- 35 pada otoritas UEA, tidak lama setelah pemerintah Israel secara terang-terangan menyetujui rencana transaksi tersebut.
Baca Juga : Organisasi dan Komunitas Paling Misterius di Dunia
Perdamaian yang dicita- citakan dalam Abraham Accords, tercantum solusi untuk konflik Israel- Palestina, kelihatannya malah terabaikan. Masih merangkum postingan The Post, di bawah administrasi Trump, ISIS memanglah sukses dilumpuhkan. Tetapi sedikitnya masih terdapat 10. 000 pejuang agresif di Irak serta Suriah. ISIS juga dikabarkan masih bekerja di area Afrika serta Afghanistan. Perang di Suriah, antara pasukan presiden Bashar al- Assad serta kelompok- kelompok oposisi lalu bergejolak, bersamaan bentrokan berjalan antara Saudi Arabia dengan pasukan Houthi di Yaman. Saat ini, presiden AS yang baru terpilih, Joe Biden, menemukan sorotan sebab tidak jelas dalam mengutuk tindakan Israel sekaligus dikritik pihak konservatif sebab telah menyia- nyiakan momentum perdamaian yang diangkat dalam Abraham Accords. Di balik itu seluruh, pada prinsipnya Abraham Accords memanglah tidak didesain buat menyelesaikan konflik Israel- Palestina. Guna utamanya tidak lain semata- mata bersifat strategis yaitu mendukung normalisasi hubungan antara negara Arab dengan Israel.
“ Abraham Accords memberikan kesan ini terhadap Israel kalau mereka dapat melanjutkan apapun tanpa perihal penting dengan orang Palestina,” begitu disampaikan H. A. Hellyer, peneliti think tank Carnegie Endowment for International Peace di Washington DC pada Vox. Maksudnya, Abraham Accords malah mendorong pihak Israel terus menjadi berani melaksanakan seluruh perihal yang mereka kehendaki spesialnya terkait perdagangan serta kerjasama ekonomi dengan negara- negara Arab. Berbekal dukungan penuh dari Paman Sam, pihak Israel dapat beramah- tamah dengan para orang sebelah Arab tanpa butuh kepikiran buat memenuhi hak- hak bangsa Palestina. Bagaimana perihalnya pandangan dari bagian para negara Arab yang menandatangani Abraham Accords? Mengambil analisis Ishaan Tharoor di Washington Post, keputusan mereka menunjukkan sesuatu bentuk kelelahan politik dengan masalah Palestina. Beberapa sebabnya bisa ditarik pada tindakan dari beberapa elite politik di negara- negara Arab, yang belum lama ini tampaknya lebih dipusingkan baik oleh Iran ataupun Ikhwanul Muslimin.
Perihal itu diiyakan oleh ahli Timur Tengah di think tank Carnegie, Karim Sadjadpour.“ Hubungan strategis UEA- Israel dipicu oleh ketakutan yang sama kepada Iran serta ditetapkan oleh Amerika Serikat,” ucap Sadjadpour. Sadjadpour meningkatkan, Abraham Accords yang dielu- elukan Trump sebagai pencapaiannya bisa dianalogikan sebagai upaya membubuhkan nama“ Trump” di bangunan hotel yang sebenarnya telah lama berdiri. Abraham Accords dapat diamati sebagai peristiwa berarti dari serangkaian sikap adminsitrasi Trump yang condong pada pemerintah Israel. Saat sebelum peresmian Abraham Accords kedekatan administrasi Trump dengan kekuasaan Palestina telah memburuk. Pada tahun 2017 itu administrasi Trump mengakui kota suci Yerusalem sebagai ibukota Israel serta memindahkan Kedutaan AS dari Tel Aviv ke sana. Setahun setelah itu, pemerintah AS memotong lebih dari USD200 juta perhitungan bantuan manusiawi buat Palestina. Pada 2019, administrasi Trump memberikan pengakuan kepada Dataran Tinggi Golan sebagai area Israel, yang oleh PBB serta komunitas internasional dikira diduduki dengan cara ilegal.
Baca Juga : Pembentukan Negara Israel serta Berbagai Konflik Yang Mengiringinya
Respons Negara Arab: Kompak tapi Lemah?
Negara- negara Arab tidak tinggal diam kepada konflik Israel- Palestina, tercantum mereka yang menormalisasi hubungannya dengan Israel. Saat sebelum pemerintahan Trump mendukung normalisasi hubungan Israel dengan UEA, Bahrain, Maroko serta Sudan, pada 1979 Mesir telah melakukannya—dibantu Presiden Jimmy Carter. Saat ini, Mesir tengah berupaya mematuhi konflik Hamas- Israel dengan memperjuangkan gencatan senjata tersebut yang belum pula berhasil walaupun telah dibantu negara- negara lain semacam Perancis serta Yordania.( update: Yordania, dimediasi oleh Presiden AS Bill Clinton, pula telah menormalisasi ikatan dengan Israel sejak 1994. Relasi keduanya berjalan baik, walaupun mengarah dingin. Belum lama ini, hubungan keduanya dikabarkan memperburuk salah satunya terjadi pada 2019 ketika 2 masyarakat Yordania itu ditahan oleh otoritas Israel sebab asumsi pelanggaran keamanan. Pada durasi yang serupa, publik serta elite politik Yordania, tercantum Raja Abdullah II, tergolong vokal mengkritisi aniaya daulat Israel kepada orang Palestina. Terkait kerusuhan yang baru saja terjadi di Yerusalem serta Gaza, kebanyakan anggota parlemen Yordania hingga menyerukan supaya diplomat Israel diusir dari Amman.
Ketika terjadi kenaikan di Masjid Al- Aqsa serta penggusuran di Syeikh Jarrah, Kemenlu UEA ikut menghasilkan pernyataan resmi buat mengancam aksi otoritas Israel. Hendak namun, di luar itu, golongan atas penguasa UEA terkesan berhati- hati membuktikan reaksinya. Presiden Khalifa bin Zayed Al Nahyan ataupun Perdana Menteri Mohammed bin Rashid Al Maktoum kelihatannya belum berpendapat secara publik. Sedangkan itu, diambil dari situs informasi pemerintah Emirates News Agency, Putra Mahkota Abu Dhabi Mohamed bin Zayed Al Nahyan( MBZ)“ menyumpahi segala bentuk kekerasan serta kebencian” dan menekankan berartinya mengakhiri agresi di Al- Aqsa. Artikel informasi itu tidak sekali juga mengatakan nama otoritas Israel.