Refusersolidarity.net – Zacharias Szumer lahir selaku generasi Ibrani serta besar di Australia. Sepanjang tumbuh- kembang, pengarang bebas yang lama bermukim di Indonesia itu berterus terang tidak sangat hirau dengan pandangan hidup Zionisme. Walaupun sebagian badan keluarga terdapat yang bermukim di Israel, dalam melakukan pembelajaran di rumah, papa Zach tidak membuat Zach selaku seseorang Ibrani sejati—apalagi Zionis asli. Tindakan yang serupa pula ditunjukkan kakeknya yang diucap“ lumayan Zionis”. Zionisme( Bahasa Ibraninyaצִיּוֹנוּת serta dibaca“ tsiyonut”) merupakan aksi nasional orang Ibrani serta budayanya buat mensupport terciptanya suatu tanah air Ibrani di area yang didefinisikan selaku Tanah Israel. Sialnya, aksi“ aliyah” ataupun imigrasi orang Zionis Ibrani yang diaspora di semua bumi mengarah tanah Bangsa Palestina.
Yahudi Yang Pro Dengan Palestina Dan Anti Anti-Zionis
Yahudi Yang Pro Dengan Palestina Dan Anti Anti-Zionis – Kejadian manusiawi, aneksasi, sampai beraneka ragam wujud kekerasan juga lahir, serta dikira selaku bentrokan sangat kekal dalam asal usul peradaban pemeluk orang. Selaku generasi Ibrani, apakah Zach otomatis pula seseorang Zionis serta kecanduan pada Israel? Tidak pula. Beliau malah tidak mensupport banyak kebijaksanaan Israel, lebih biasa lagi buah pikiran mengenai pendirian suatu negeri yang didasarkan pada afeksi etno- religius. Tetapi ilham radikal buat“ membasmi/ memusnahkan Israel” pula tidak beliau setujui. Pendirian Israel lewat cetak biru Zionisme, bagi opini pribadinya, merupakan pemecahan yang rancu buat kasus yang rancu pula: anti- semitisme di Eropa yang telah mengakar beratus- ratus tahun.
Pemikiran Zach otomatis menggugurkan abstraksi kelewatan yang banyak dipercayai orang biasa di Indonesia serta banyak negeri, kalau orang Ibrani tentu pro- Israel serta dengan begitu anti- Palestina. Deskripsi ini sering digoreng oleh golongan Islamis untuk kebutuhan politis. Kenyataan dalam kehidupan orang Ibrani serta Zionis, tutur Zach, pula tidak saja hitam- putih.“ Banyak orang non- Yahudi yang tidak mengerti kalau terdapat beraneka ragam arti mengenai Zionis di dalam komunitas Ibrani itu sendiri. Mulai dari sokongan pokok atas ilham abstrak mengenai negeri Ibrani, sampai sokongan yang bertabiat khusus serta material kepada negeri Israel.
Dalam 100 tahun terakhir timbul Zionis Sosialis, Zionis Mesianis, Hasidic anti- Zionis, anti- Zionis kapak kiri, serta lain- lain,” tutur Zach pada Tirto, Kamis( 30/ 11/ 2017).“ Tetapi cuma sebab rumor ini tidak gelap serta putih bukan berarti seluruhnya abu- abu. Terdapat banyak orang Ibrani di Australia yang kritis kepada Zionisme, ataupun apalagi dengan cara akurat menentang Zionisme dalam wujudnya hari ini.” Ketidaksetujuan pada cetak biru Zionis bukan perihal yang terkini untuk figur Ibrani terkenal. Badan penyeru perdamaian bumi Stop the War memiliki memo spesial mengenai perihal ini. Noam Chomsky, filsuf serta komentator politik terkenal yang saat ini jadi guru besar linguistik di Institute Teknologi Massachusetts, melaporkan okupasi Israel lebih akut dibanding apartheid yang dahulu sempat mempertaruhkan warga kulit gelap di Afrika Selatan.
Psikolog sosial terkenal Eric Fromm melaporkan dan mengeklaim tanah buat bangsa Ibrani dan bukan klaim politik yang realistis karena bila tiap pihak seketika mengklaim area bangsa lain yang sudah menghuninya sepanjang beribu- ribu tahun, hingga hasilnya merupakan kekalutan besar. Psikoanalis Sigmund Freud, seseorang Ibrani Austria, membenarkan kalau keyakinan yang tidak beralasan dari sebagian banyak orang salah satu keturunannya telah membangkitkan ketidakpercayaannya dari bangsa Arab. Freud yakin jika dirinya serupa sekali tidak dapat mengasihani pada tipe iman yang salah arah, ialah tipe iman yang menyinggung perasaan masyarakat asli.” Buah pikiran negeri( Israel) tidak cocok dengan batin aku. Aku tidak paham kenapa perihal itu diperlukan. Perihal ini terpaut dengan banyak kesusahan serta pandangan yang kecil.
Aku yakin itu kurang baik,” begitu kolumnis Carolyn Leckie dari The National mengambil percakapan Albert Einstein, akademikus generasi Ibrani dengan pendapatan intelektual yang membuat namanya bersinonim dengan“ jenius”. Ajaran Ibrani Kolot Anti- Israel Pada 1938 di Yerusalem berdiri suatu golongan ultra- ortodoks Ibrani bernama Neturei Karta. Tindakan golongan terpaut rumor Israel- Palestina terlihat dalam motto- nya:“ Ibrani Bersuatu Melawan Zionisme”. Mereka pro- Palestina serta menentang pendirian negeri Israel sebab yakin kalau banyak orang Ibrani dilarang mempunyai negeri sendiri hingga turunnya Mesias Ibrani. Neturei Karta dibuat oleh Rabbi Amram Blau serta Rabbi Aharon Katzenelbogen. Rabbi Blau merupakan masyarakat asli Shea Shearim di Yerusalem serta aktif di golongan Agudat Israel sepanjang masa Amanat Inggris.
Pada tahun 1930an Agudat mulai kompromistis kepada aksi Zionis. Rabbi Blau juga menyudahi buat pergi pada tahun 1937. Bersama Rabbi Katzenelbogen mereka mendirikan golongan bernama Chevrat HaChayim, yang setelah itu bertukar julukan jadi Neturei Karta. Dalam memo Angkatan laut(AL) Alat pemantau, badan Neturei Karta berjumlah dekat 5. 000 orang. Mereka tidak bermukim cuma di Yerusalem saja, tetapi terhambur di banyak negeri. Tindakan golongan ini ditunjukkan dalam aksi- aksi anti- Zionisme serta pro- Palestina mulai dari kota New York, Berlin, sampai ke London. Dikala Kepala negara Iran Mahmoud Abbas berpidato mengancam Israel di Badan Biasa Perserikatan Bangsa- Bangsa bertepatan pada 30 September 2015, di luar bangunan terkumpul para badan Naturei Karta yang mengadakan kelakuan rukun mensupport Palestina. Mereka bawa bendera Palestina serta rontek- rontek bertuliskan kecaman kepada Israel. Wujud aksi yang serupa pula mereka tunjukkan dalam kelakuan pro- Palestina di Berlin pada bulan Juli tadinya.“ Israel merupakan pembunuh kanak- kanak!” asyik mereka kala itu.
Pada September 2015 Neturei Karta mempublikasikan pandangan hidup badan dalam brosur bermuatan sebaris persoalan serta balasan( Q&A). Di dalamnya dituturkan kalau Neturei Karta menguasai perbuatan terorisme yang dilancarkan masyarakat Palestina selaku aksi membela diri sekalian perlawanan balik dampak pendudukan yang dinobatkan oleh Zionis. Tetapi dalam penjelasan lebih lanjut mereka tidak ikut mengiklankan kekerasan dalam beraneka ragam wujud. Tindakan Neturei Karta pula memiliki alas teologis—yang pasti tidak disetujui oleh golongan relijius pro- Israel. Rabbi Yosef Elboim, misalnya. Salah satu penggerak badan itu sempat mengajak pengikut Ibrani berangkat ke Langgar Al- Aqsa buat melangsungkan unjuk rasa rukun. Mereka bawa rontek- rontek bertulisan bahasa Yahudi yang bersuara“ Mengompori bangsa Arab dilarang oleh Taurat.”
Mosche Hirsch merupakan salah satu penggerak legendaris di badan Neturei Karta. Beliau memiliki ikatan harmonis dengan mantan atasan Badan Pembebas Palestina( PLO) Yasser Arafat serta sempat berprofesi selaku menteri hal Ibrani di rezim Palestina. Cucunya, Chaim Hirsch, pula menjajaki jejak kakeknya. Chaim mendakwa kalau sepanjang ini Israel- lah yang bertanggung jawab atas timbulnya gelombang terorisme yang mempertaruhkan nyawa bagus masyarakat Israel ataupun Palestina. Kestabilan sokongan Neturei Karta ditegaskan Chaim untuk melindungi ikatan rukun dengan orang Palestina. Beliau melaporkan tidak keberatan bila hidup di dasar rezim Palestina. Bila sepanjang ini terdapat masyarakat Palestina yang menewaskan orang Ibrani, itu sebab mereka diprovokasi.“ Bila mereka diprovokasi, mereka hendak meresponnya,” tutur Chaim pada Angkatan laut(AL) Alat pemantau, menarangkan mengenai maraknya kelakuan penusukan masyarakat ataupun angkatan Israel oleh masyarakat Palestina.
Chaim sedang yakin kalau perjuangannya mempunyai manfaat positif buat kaumnya, ialah berkurangnya afeksi anti- semitisme pada orang Ibrani. Sepanjang ini dendam kepada orang Ibrani bertambah runcing sebab gempuran, aneksasi, serta represi Israel. Ibrani disamaratakan selaku kalangan yang kejam. Chaim serta kawan- kawannya cuma berupaya menegaskan kalau pemikiran itu galat, serta perhatian kepada bangsa Palestina itu umum nama lain tidak memandang suku bangsa ataupun agama. Ray Filar memiliki kecemasan yang serupa dengan Chaim. Ray generasi Ibrani yang besar di golongan kolot pro- Israel. Dalam artikel emosionalnya buat Open Democracy melaporkan marah serta amat kaget dengan asal usul kasar bangsanya yang melaporkan diri selaku Zionis.
Ray bermukim di Pinggir Barat, alhasil menguasai kesedihan bangsa Palestina bukan cuma dari novel asal usul serta isi kuliahnya di kampus, tetapi pula melihat dengan mata kepala sendiri, dalam kenyataan tiap hari. Israel merupakan negeri sangat demokratis di Timur Tengah, begitu yang sempat diajarkan ke Ray. Tetapi lelet laun matanya terbuka oleh kenyataan berarti: Israel malah menempuh hari- harinya dengan keganasan, okupasi tanah, represi militeristik, serta pengusiran menuntut. Tidak terdapat yang demokratis dalam tindakan- tindakan itu. Serta kala orang Palestina berupaya menjaga haknya, Zionis malah melabeli mereka dengan gelar teroris.
“ Banyak orang berargumen mensupport Israel yang ditaksir memainkan kedudukan dalam membuat kerakyatan serta keterbukaan selaku suar pencerahan di Timur Tengah yang dikira biadab. Tetapi Israel pada hari ini terobsesi dengan yang namanya keaslian etnik. Kebijaksanaan totaliternya dengan cara penting diberlakukan di situ, di luar tembok- tembok pengaman yang mengitari Tel Aviv.” kata Ray.
Jalur Lain Untuk Diaspora
Biarpun begitu, kelompok- kelompok semacam Naturei Karta bukannya kebal kritik, apalagi di area Ibrani liberal yang kritis kepada Israel. Pemikiran keimanan Neturei Karta tidak tidak sering ditaksir sektarian sebab menuduh banyak orang Ibrani lain yang tidak searah selaku” tidak asli” ataupun” bukan Ibrani asli.”” Pemikiran Neturei Karta dibangun oleh antipati mereka atas hak determinasi kodrat Ibrani, ternyata sokongan kepada hak determinasi kodrat Palestina,” catat Eldad J. Levy, ketua Seeds of Peace agen Israel. Akar- akar Neturei Karta bisa dilacak ke respon kepada Haskalah, aksi renaisans Ibrani diaspora di Eropa pada era 19. Renaisans inilah yang nanti membuat banyak Ibrani Eropa merangkul rasionalisme serta sekularisme, menghasilkan intelektual- intelektual kategori bumi dan—sebagai jawaban atas persekusi—melahirkan angan- angan pendirian tanah air merdeka, yang saat ini dengan cara biasa diidentifikasi selaku benih- benih Zionisme.
Tetapi apalagi sampai 1948 kala Israel sah berdiri, sedang ada perbincangan hebat yang mengaitkan faksi- faksi aksi zionis pertanyaan apakah mereka hendaknya berbaur dengan masyarakat Arab ternyata tersegregasi, apakah dalam negeri Ibrani masyarakat Arab hendak diperlakukan sebanding dengan masyarakat Ibrani, serta berikutnya yang sampai saat ini sedikit banyak terlihat dalam perbincangan sekeliling pemecahan 2 negeri( Israel serta Palestina berdiri selaku entitas yang tiap- tiap berkuasa) ataupun pemecahan satu negeri( negeri terkini yang mencampurkan area Israel serta Palestina serta sanggup menampung masyarakat Arab serta Ibrani dalam kesetaraan telak).” Mendekati sokongan Kristen Evangelis kepada kelompok- kelompok kanan radikal Israel, sokongan Neturei Karta buat orang Palestina dilandasi pemikiran fundamentalis, bukan kebersamaan ideologis kepada peperangan Palestina,” lanjut Levy. Neturei Karta berulangkali nampak harmonis dengan kelompok- kelompok rasis ultra- kanan semacam Partai Jobbik di Hongaria, mendatangi suatu rapat yang melawan Holocaust di Iran pada masa Ahmadinejad.
Baca Juga : Kontroversi Terhadap Penggunaan Nama Allah Dengan Yahweh
Rabbi Beck, salah seseorang penggerak Neturei Karta di London, apalagi melaporkan kalau Holocaust, pembantaian kepada 6 juta orang Ibrani di Eropa antara 1933- 45, ialah ganjaran Tuhan sebab banyak orang Ibrani kurang alim. Biarpun bisa dibenarkan kalau kalangan Zionis kapak kanan sudah memanfaatkan rumor Holocaust untuk kebutuhan politik mereka, berkata jutaan orang dibantai sebab kurang alim pasti keblinger. Jalur yang berbeda dengan Neturei Karta ditempuh oleh Center for Jewish Non Violence( CJNV), badan Ibrani lain yang memiliki tindakan kritis kepada Israel. Badan ini mempraktikkan prinsip demokratis- kolaboratif buat mendesak orang Ibrani yang berdiaspora buat bersolidaritas dengan orang Palestina dalam upaya melawan pendudukan Israel. Mereka mensupport supaya pendudukan Israel di Pinggir Barat, Yerusalem Timur serta Rute Gaza lekas selesai. Begitu juga tertuang dalam web resminya, prinsip utama CJNV menjunjung besar manusiawi umum serta kesetaraan penuh antara orang Palestina serta Israel.
Wujud aksi yang sangat kerap, tidak hanya kampanye melalui alat sosial, merupakan unjuk rasa rukun paling utama di Pinggir Barat, Yerusalem, serta zona pemukiman masyarakat Palestina yang rawan digusur. Mereka pula melangsungkan kelakuan penanaman tumbuhan di Pinggir Barat masing- masing prei Tu Bishvat selaku ikon sokongan atas kebebasan tanah air Palestina. Negeri Israel didesain selaku tanah air buat banyak orang Ibrani yang sudah berdiaspora ke semua bumi sepanjang ribuan tahun sebab persekusi. Kala tidak sedikit dari angkatan terkini Ibrani Diaspora yang menentang kesewenang- wenangan republik yang berdiri pada 1948 itu, klaim kalau Israel menggantikan kebutuhan serta harapan orang Ibrani dengan cara garis besar juga goyah.” Kedatangan kita selaku Ibrani Diaspora yang menentang pendudukan nyatanya membuat penguasa Israel terpojok: mereka menghindari kita mengorganisir aktivisme rukun, sebab kebijaksanaan Israel di area( Palestina) merupakan kebijaksanaan aniaya,” catat Ilana Sumka, penggagas serta ketua CJNV di The Nation.” Perihal sejenis itu mementahkan klaim Netanyahu kalau beliau merepresentasikan semua orang Ibrani.”